"Apabila aku telah mencapai sesuatu selama diatas dunia,ini adalah karena rakyatku.Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa.Kalau aku mati,kuburkanlah Bapakmu menurut agama Islam dan diatas batu kecil yang biasa, engkau tulislah kata-kata sederhana : Di sini beristirahat Bung Karno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"
Laki-laki yang hebat,bahkan dalam penjarapun dia masih membaca buku.
Sukarno adalah seorang mahapencinta.Dia mencintai negerinya,dia mencintai rakyatnya,dia mencintai perempuan,dan dia m
"Apabila aku telah mencapai sesuatu selama diatas dunia,ini adalah karena rakyatku.Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa.Kalau aku mati,kuburkanlah Bapakmu menurut agama Islam dan diatas batu kecil yang biasa, engkau tulislah kata-kata sederhana : Di sini beristirahat Bung Karno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"
Laki-laki yang hebat,bahkan dalam penjarapun dia masih membaca buku.
Sukarno adalah seorang mahapencinta.Dia mencintai negerinya,dia mencintai rakyatnya,dia mencintai perempuan,dan dia mencintai seni,dan diatas segala-galanya,dia mencintai dirinya sendiri...
...more
disadur bebas dan diceritakan kembali dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”
Saat Masuk kuliah
“Aku berkeinginan untuk meneruskan universitas di Belanda karena biasanya seorang yang ingin sekolah teknik pergi ke negeri Belanda, tetapi ibuku melarang dengan alasan biaya yang cukup besar dan ingin aku tinggal disini diantara bangsaku sendiri”
“Dan begitulah aku mendaftar diri ke universitas di bandung, mungkin suara ibuku yang didengar, akan tetapi sesungguhnya tangan Tuhanlah yang
disadur bebas dan diceritakan kembali dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”
Saat Masuk kuliah
“Aku berkeinginan untuk meneruskan universitas di Belanda karena biasanya seorang yang ingin sekolah teknik pergi ke negeri Belanda, tetapi ibuku melarang dengan alasan biaya yang cukup besar dan ingin aku tinggal disini diantara bangsaku sendiri”
“Dan begitulah aku mendaftar diri ke universitas di bandung, mungkin suara ibuku yang didengar, akan tetapi sesungguhnya tangan Tuhanlah yang menggerakkan hatiku”
Teman Kuliah dan Pergaulan
“Aku termasuk diantara 11 orang pribumi Indonesia yang bermuka hitam terapung-apung kian kemari dalam lautan kulit putih berambut merah, berjerawat dan bermata hijau seperti kucing ”
“Biasanya anak Belanda menyorakkan kami dengan kata-kata “Hei kamu anak inlander (pribumi-red) bodoh mari sini”, Aku tidak tahu kekuatan apa yang ada padaku, aku hanya tahu, bahwa sekalipun aku tidak mengucapkan sepatah kata, kehadiranku saja sudah cukup untuk menutup mulut-mulut orang yang menghina lalu menghentikan perintah-perintahnya”
Kegiatan Perkuliahan
“Kami membanting tulang di sekolah. Pekerjaan rumah banyak sekali . Kuliah-kuliah yang diberikan enam hari dalam seminggu, semua kuliah dalam bahasa Belanda ditambah dengan ujian tertulis setiap triwulan selama sebulan penuh sungguh-sungguh rasanya seperti akan mematahkan tulang punggung karena bertekun”
“Aku sering tidak kuliah. Otakku sudah terlalu penuh dengan soal-soal politik, sehingga tidak mungkin memusatkan perhatian pada studi”
“Siapa yang belajar ? bukan Aku. Tidak pernah. Aku mempunyai ingatan seperti bayangan gambar dan terlalu sibuk memompakan soal politik kedalamku sehingga tidak sempat membuka buku sekolah”
Biaya Kuliah
” Aku kira bahkan kelaparanpun tidak dapat mencegah keluarga saya membiayai yang perlu bagi pendidikan anaknya. Sebagai mantri guru bapak membanting tulang seperti pekerja lainnya. Ibu duduk berjam-jam lamanya melukis kain batik sampai tengah malam hingga pelita dan pemandangan matanya menjadi samar. Supaya dapat mengumpulkan susah payah uang 300 rupiah untuk kuliah setahun. Kakak saya dan suaminya juga membantu setiap bulan”
Mata Kuliah
“Dewi dendamku adalah ilmu pasti. Aku tidak begiku kuat dalam ilmu pasti. Arsitek bagiku sangat menarik, akan tetapi kalkulasi bangunan dan komputasi (numerik bukan ?-red) jangan tanya. KLEINSTE VIERKANTEN atau geodesi semacam ilu mengukur tanah dan belajarnya dalam kaki persegi, dalam semua ini aku gagal”
Ujian
“Dalam ujian aku bermain curang, misal dalam menggambar konstruksi bangunan, aku kuat dalam pelajaran ini. Ketika dosen yang mengawas tidak memperhatikan, temanku berkata “Karno buatkan bagan untukku kau mau ?” Aku bertukar kertas dengan dia, dengan terburu-buru membuat gambar yang kedua dan menyerahkan kembali padanya. Kawanku juga membalas dalam pelajaran KLEINSTE VIERKANTEN. Professor membuat 3 pertanyaan dalam waktu 45 menit, kawan-kawanku menempatkan kertas sedemikian rupa dibangku sudut, sehingga aku dapat menyalin jawabannya. Tentu saja aku mencontoh mahasiswa yang lebih pandai dalam ilmu pasti. Cara ini bukan semata-mata curang, di Indonesia ini disebut kerjasama yang erat. GOTONG-ROYONG.
Nilai Ujian
“Ada Pameo di sekolahku di HBS (SMA-red) angka 10 buat Tuhan, 9 buat professor, 8 untuk anak yang luar biasa, 7 buat Belanda dan 6 untuk kami (Pribumi-red)”
“Aku pernah mendapat 3 karena professor melakukan taktik licik, ia mengadakan ujian lisan satu persatu hanya ada satu mahasiswa dan professor di kelas, karenanya aku jatuh”
Kurikulum
“Kurikulum kami disesuaikan dengan kebutuhan masa penjajahan Belanda. Yang dipelajari adalah teknik Kapitalis. Misal tentang irigasi, yang dipelajari bukan cara mengairi sawah yang terbaik tetapi yang diajarkan sistem pengairan tebu dan tembakau. Ini adalah irigasi kepentingan imperialisme dan kapitalisme bukan untuk memberi makan rakyat yang kelaparan tetapi membikin gendut pemilik perkebunan”
“Pelaran dalam membuat jalanan tidak menguntungkan rakyat. Jalan yang dibuat bukan menghubungkan antar pulau sehingga rakyat berpergian dengan mudah. Kami hanya merencanakan jalan tambahan sepanjang pantai dari pelabuhan ke pelabuhan sehingga pabrik dapat mengangkut secara maksimal”
“Rektor Sekolah Teknik Tinggi berkata didirikannya sekolah ini untuk memajukan politik Den Haag di Hindia suapaya dapat mengikuti kecepatan ekspansi dan eksploitasi, pemerintah saya perlu mendidik lebih banyak insinyur dan pengawas yang berpengalaman”
Mendapat Gelar Sarjana
“Dengan dua orang kawan bangsa Indonesia yang berhasil bersama-sama denganku pada tanggal 25 mei 1926 (umur Sukarno 24-red) aku mendapat gelar “INGENIEUR”. Ijazahku dalam jurusan TEKNIK SIPIL (menepis bahwa dia berasal dari arsitek-red ) menentukan bahwa aku adalah spesialis dalam pekerjaan JALAN RAYA DAN PENGAIRAN. Aku sekarang diberi hak dalam menulis namaku : Ir Raden Sukarno”
Penutup
“Ketika memberi gelar sarjana teknik kepadaku, Presiden Universitas (rektor-red) berkata “Ir Sukarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi abu suatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesudah mati”"
“Aku tak pernah melupakan kata-kata ini”
...more
"Aku tidak begitu memikirkan benda-benda duniawi seperti uang. Hanya orang-orang yang tidak pernah menghirup apinya nasionalisme yang dapat melibatkan dirinya dalam soal-soal biasa seperti itu. Kemerdekaan adalah makna hidupku. Ideologi. Idealisme. Makanan daripada jiwaku."
Sebelum saya membaca buku ini, saya selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya seorang pemuda Soekarno bisa menjadikan dirinya sebagai pemimpin daripada rakyat Indonesia. Ternyata di balik perkataan orang-orang yang mengatakan b
"Aku tidak begitu memikirkan benda-benda duniawi seperti uang. Hanya orang-orang yang tidak pernah menghirup apinya nasionalisme yang dapat melibatkan dirinya dalam soal-soal biasa seperti itu. Kemerdekaan adalah makna hidupku. Ideologi. Idealisme. Makanan daripada jiwaku."
Sebelum saya membaca buku ini, saya selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya seorang pemuda Soekarno bisa menjadikan dirinya sebagai pemimpin daripada rakyat Indonesia. Ternyata di balik perkataan orang-orang yang mengatakan beliau adalah seseorang yang kharismatik, setelah saya membaca buku ini, he was beyond charismatic. Ia memiliki "sesuatu" yang dibutuhkan dan tidak dimiliki oleh rakyat Indonesia kebanyakan. Perjalanan hidupnya yang penuh akan lika-liku, pengasingan, dan pembuian seakan tidak meruntuhkan semangat dan api nasionalisme yang berada dalam diri beliau. Indonesians must be really proud to have a very first president like him!
...more
Cindy Adams menuturkan otobiografi sang penyambung lidah rakyat dengan cara yang membuat pembaca merasa dekat dengan Bung Karno. Apa makanan kesukaannya, bagaimana saat kanak-kanak dia merasa "kecil" karena gunjingan orang-orang di lingkungannya, bagaimana dia jatuh cinta dengan istrinya yang entah ke berapa, bagaimana dia harus berbagi ruang yang hanya tersekat sebilah papan hingga derit-derit kasur tidur tertangkap indra pendengaran di kala malam, bagaimana perasaannya saat dikaruniai seorang
Cindy Adams menuturkan otobiografi sang penyambung lidah rakyat dengan cara yang membuat pembaca merasa dekat dengan Bung Karno. Apa makanan kesukaannya, bagaimana saat kanak-kanak dia merasa "kecil" karena gunjingan orang-orang di lingkungannya, bagaimana dia jatuh cinta dengan istrinya yang entah ke berapa, bagaimana dia harus berbagi ruang yang hanya tersekat sebilah papan hingga derit-derit kasur tidur tertangkap indra pendengaran di kala malam, bagaimana perasaannya saat dikaruniai seorang anak, bagaimana dia terkena malaria ketika dikucilkan, bagaimana orang Bali menganggapnya sebagai Dewa Hujan dalam agama Hindu dan lain-lain.
Saya bukan penggemar Bung Karno. Kalau buku ini dan "Sarinah" tidak ditinggalkan almarhum ayah saya di rak buku, mungkin saja saya hanya akan menganggap Bung Karno sebagai tokoh bersejarah yang sangat berpengaruh dan beristri banyak. Maklum, saya antipoligami, jadi skeptis pula dengan orang-orang yang menerapkannya.
Well, bagaimanapun juga, secara subjektif saya cinta buku terjemahan ini, penuh kenanga bagi saya (karena ini buku peninggalan ayah saya dengan tanda tangannya yang dibubuhkan di halaman depan). Secara objektif, Cindy Adams (Oh, saya suka caranya bertutur), menangkap dan mencatat segala-galanya dengan lihai, lalu menyuguhkannya dengan sederhana (penting). Tak hanya masalah politik yang dibahas, tapi juga sisi humanis dari Bung Karno; sisi seorang ayah, sisi seorang suami (atau lelaki), sisi seorang pemimpin dan pejuang, sisi seorang teman, sisi seorang yang arogan, sisi seorang anak yang lahir di tanah Ibu Pertiwi, Indonesia. Bagaimana Cindy menjelaskan sosok Bung Karno dengan menggunakan "aku", membuat saya merasa Bung Karno menceritakan kisah dan pemikirannya sendiri kepada saya.
Mungkin Bung Karno harus berterima kasih pada ayah saya, dan pada Cindy Adams tentunya. Karena keduanya membuat saya mencari: sosok seperti apa yang almarhum ayah saya lihat pada diri Bung Karno, dan Cindy Adams menjawabnya. Saya pun jatuh hati pada beberapa sisi pribadi Bung Karno. Tak lain tak bukan, karena dia menuturkan sesuatu (atau mungkin sebagian) dengan jujur (atau mungkin blakblakan), dan betapa dia sangat percaya diri.
Kutipan:
"Orang bertanya, "Sukarno, apakah engkau tidak merasa tersinggung bila orang mengeritikmu?" Sudah tentu aku merasa tersinggung. Aku benci dimaki orang. Bukankah aku bersifat manusia seperti juga setiap manusia lainnya? Bahkan kalau engkau melukai seorang Kepala Negara, ia akan lemah. Tentu aku ingin disenangi orang. Aku mempunyai ego. Itu kuakui. Tapi tak seorang pun tanpa ego dapat menyatukan 10.000 pulau‐pulau menjadi satu Kebangsaan. Dan aku angkuh. Siapa pula yang tidak angkuh? Bukankah setiap orang yang membaca buku ini ingin mendapat pujian?"
...more
indonesian must read this book. it's not only his story but also behind the scene, though lil bit, of our freedom revolution.it makes you more understand what is in sukarno's mind.bung karno shares his life with a simple phrase, easy to read and sometimes funny. it contains more than words, it's all about his weakness, his statement, his courage, his struggle for this beloved country, and some answers for questions that world's asked.
Sepanjang bab-per-bab dalam buku ini, Sukarno digambarkan sebagai sosok yang heroik. Ia dielu-elukan rakyatnya. Ia dipuja. Ia dibela walau nyawa taruhannya. Tapi dia juga dibenci. Dia dicaci. Sejumlah percobaan pembunuhan pernah diarahkan pada Sukarno karena sikap kepala batunya. Media Barat melabelinya Komunis. Sukarno antek Moskow. Dan, Sukarno selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Asosiasi yang ditangkap, bahwa dia hendak dilukiskan sebagai arsitek tunggal pembangun Republik ini. Suka
Sepanjang bab-per-bab dalam buku ini, Sukarno digambarkan sebagai sosok yang heroik. Ia dielu-elukan rakyatnya. Ia dipuja. Ia dibela walau nyawa taruhannya. Tapi dia juga dibenci. Dia dicaci. Sejumlah percobaan pembunuhan pernah diarahkan pada Sukarno karena sikap kepala batunya. Media Barat melabelinya Komunis. Sukarno antek Moskow. Dan, Sukarno selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Asosiasi yang ditangkap, bahwa dia hendak dilukiskan sebagai arsitek tunggal pembangun Republik ini. Sukarno, lewat Cindy Adams ingin menceritakan kepribadiannya sendiri -sekalipun Sukarno pada bab pertama "alasan buku ini ditulis" sudah minta penulisan otobiografi ini dilakukan secara objektif, menyampaikan yang baik maupun yang jelek- namun kemungkinan bias itu besar. Ya, lepas dari sejauh mana keobjektifitasan fakta-fakta yang disajikan, lewat tokoh Sukarno sebagai pusat cerita yang disusun Cindy Adams serta sosok-sosok lain yang mengelilingi kehidupan Sukarno, kita memperoleh pengajaran yang bagus tentang karakter, bagaimana jadi manusia yang berdedikasi, istiqomah dalam pikiran, kata dan perbuatan serta begitu pentingnya menjaga konsistensi idealisme kendati terkadang hidupnya tak sentosa.
Sebagai sebuah pengetahuan tentang sejarah Indonesia ini buku yang cukup holistik, karena tak hanya pribadi Sukarno saja yang dituangkan, tapi perjuangan rakyat Indonesia untuk lepas dari kolonialisme Belanda, Jepang atau Inggris juga dipaparkan.
Ini buku yang membuka cakrawala tentang Sukarno dan Indonesia.
...more
Must-read book for Indonesian people, simply for the insight it gives on Sukarno's thoughts. The mastermind of Indonesia's independence, Sukarno was not only an incredible public speaker but also a lover of women. This book, told in a characteristic, Sukarno-esque boastful manner, portrayed the man's charms and influence in front of women and his people. His passion and love for Indonesia were magnetic, and it came across in this book. He walked through important moments in his life and the thou
Must-read book for Indonesian people, simply for the insight it gives on Sukarno's thoughts. The mastermind of Indonesia's independence, Sukarno was not only an incredible public speaker but also a lover of women. This book, told in a characteristic, Sukarno-esque boastful manner, portrayed the man's charms and influence in front of women and his people. His passion and love for Indonesia were magnetic, and it came across in this book. He walked through important moments in his life and the thoughts behind some of his controversial decisions (his collaboration with Japan, for example) with great clarity. The team dynamics among Sukarno, Muhammad Hatta and Sutan Sjahrir is also interesting, with Sukarno dissing them more than he praised them.
All in all, this is not the best-written book or even the most factual. Gatot Mangkupraja, for example, had published a rebuttal of some of Sukarno's claim in this book; there are also some discrepancies with Hatta's and Sjahrir's accounts. It's still an interesting and easy-to-read book, though. You'll finish reading this feeling that you better understand the complexity of the man to whom Indonesian people owed their independence.
...more
Kebetulan saya membaca cetakan pertama dari buku ini.
Lepas dari subjektifitas yang ada di buku ini, saya rasa harusnya buku ini menjadi buku wajib bagi kalangan muda saat ini. Tujuannya adalah untuk lebih membuka mata mereka tentang milik siapakah negara Indonesia ini dan pengorbanan apa yang telah dilakukan para pejuang dulu untuk mendapatkan kemerdekaan. Sementara mereka yang dulu sampai ada yang digantung, ditembak kepalanya karena keras-kepala membela tanah-air, saat ini para pemuda(atau rem
Kebetulan saya membaca cetakan pertama dari buku ini.
Lepas dari subjektifitas yang ada di buku ini, saya rasa harusnya buku ini menjadi buku wajib bagi kalangan muda saat ini. Tujuannya adalah untuk lebih membuka mata mereka tentang milik siapakah negara Indonesia ini dan pengorbanan apa yang telah dilakukan para pejuang dulu untuk mendapatkan kemerdekaan. Sementara mereka yang dulu sampai ada yang digantung, ditembak kepalanya karena keras-kepala membela tanah-air, saat ini para pemuda(atau remaja mungkin lebih tepat ya?) malah nongkrong2 di depan kampus setiap pulang sekolah menghamburkan waktu begitu saja, sementara negaranya dicaplok 'orang lain', Amerika, Korea, Jepang, dll. Bukan hanya tanah yang dicaplok, otak kita pun sudah dicaplok sama negara asing, menjadi suka-rela dijajah negara lain, malah mungkin berlomba-lomba menjual negara ini ke tangan asing. Padahal tanah ini bukan milik mereka yang tidak berkorban sama sekali untuk bangsa ini, tanah ini adalah milik para pejuang, dan bung Karno (merasa) mewakili cita-cita mereka yang telah gugur, mengorbankan jiwa dan raga bagi tanah tumpah darah, juga menjadi pemilik dari Indonesia. Kita sebagai pemuda yang numpang lahir di tanah ini, menurut saya berkewajiban untuk meneruskan cita-cita dan idealisme mereka.
...more
yang menarik saya dari buku edisi revisi ini adalah adanya revisi itu sendiri, yang tidak lain adalah dibukanya diskursus mengenai PENULISAN buku ini sendiri.
ternyata,
dengan munculnya edisi revisi maka buku ini sendiri menyejarah: ada beberapa versi yang tidak sama, ada yang bisa dibilang sebagai versi terdahulu dan ada yang kemudian. ada yang disebut sebagai "edisi bahasa inggris" ada pula yang "terjemahan". seandainya buku ini hanya terbit satu edisi yang setia pada edisi yang berbahasa inggri
yang menarik saya dari buku edisi revisi ini adalah adanya revisi itu sendiri, yang tidak lain adalah dibukanya diskursus mengenai PENULISAN buku ini sendiri.
ternyata,
dengan munculnya edisi revisi maka buku ini sendiri menyejarah: ada beberapa versi yang tidak sama, ada yang bisa dibilang sebagai versi terdahulu dan ada yang kemudian. ada yang disebut sebagai "edisi bahasa inggris" ada pula yang "terjemahan". seandainya buku ini hanya terbit satu edisi yang setia pada edisi yang berbahasa inggris, maka sejarah penulisan buku ini pun pendek.
selain karena munculnya edisi terjemahan yang tidak sama versinya, bentuk yang dipilih oleh cindy adams untuk mengisahkan biografi bung karno ini pun sudah memberi peluang untuk terjadinya banyak tafsiran: ia menulis tentang seorang tokoh yang masih hidup dengan cara seolah-olah tokoh itu sendiri yang bicara langsung apda pembacanya.
siapa author yang sebenarnya dari buku ini?
ketika buku ini diterjemahkan -yakni diubah komposisi audiens pembacanya dengan memasukkan para pembaca berbahasa indonesia- maka muncul aktor baru yang mewarnai isi buku: penerjemah dan editornya.
alhasih, membaca buku ini dalam versi terjemahan akan mempertemukan pembaca dengan pihak-pihak yang menghantarkan isi buku ini kepadanya.
pendeknya,
buku ini hadir di hadapan pembaca berbahasa indonesia tidak secara lugu, tapi berbelit-belit oleh banyak kepentingan. kita tidak tahu yang sebenarnya terjadi di masa lalu, tapi terbitnya buku ini justru menyampaikan pesan tersendiri: bahwa tulisan sejarah itu adalah representasi dari kepentingan.
[emang ada buku yang menghantarkan isi atau pesan secara lugu dari author kepada pembacanya? apa sih yang "lugu" itu?]
terima kasih untuk terbitnya edisi revisi buku ini!
...more
Sebuah biografi yang merefleksikan perjalanan dan gelora hidup sang proklamator. Kegetirannya melewati masa-masa sulit, pergulatannya dalam pergerakan kebangkitan bangsa ini, pendekatannya yang sangat intens terhadap rakyat, dan semangatnya yang di atas normal dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Juga membedah secara mendalam karakternya, lika-liku kehidupan pribadinya, kegelisahan-kegelisahannya sebagaimana manusia umumnya, serta pandangan-pandangan dan sikapnya yang dalam beberapa hal d
Sebuah biografi yang merefleksikan perjalanan dan gelora hidup sang proklamator. Kegetirannya melewati masa-masa sulit, pergulatannya dalam pergerakan kebangkitan bangsa ini, pendekatannya yang sangat intens terhadap rakyat, dan semangatnya yang di atas normal dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Juga membedah secara mendalam karakternya, lika-liku kehidupan pribadinya, kegelisahan-kegelisahannya sebagaimana manusia umumnya, serta pandangan-pandangan dan sikapnya yang dalam beberapa hal dianggap kontroversial, tapi setelah membaca buku ini bisa lebih dimengerti (meski tak harus disetujui).
Setelah membacanya, segera terasa ada yang hilang dari bangsa ini sekarang: karakter.
...more
mengingat bahwa buku ini disusun dari wawancara cindy dgn bung karno sendiri, maka tidak mengherankan kalo buku ini terasa cukup detail untuk mengenal sosok bapak proklamator kita..
syukur pada Sang Khalik.. bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh seperti beliau. Terlepas dari kontroversi menjelang akhir hayat beliau, hendaknya anak-anak negeri ini bisa melihat bagaimana perjuangan beliau melepaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu negara berdaulat ya
mengingat bahwa buku ini disusun dari wawancara cindy dgn bung karno sendiri, maka tidak mengherankan kalo buku ini terasa cukup detail untuk mengenal sosok bapak proklamator kita..
syukur pada Sang Khalik.. bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh seperti beliau. Terlepas dari kontroversi menjelang akhir hayat beliau, hendaknya anak-anak negeri ini bisa melihat bagaimana perjuangan beliau melepaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu negara berdaulat yang bisa duduk sejajar dengan bangsa lain.
...more
Ledakan Gunung Kelud 14 Februari 2014 membuat saya terkurung di kamar kos, 'ngebangke' bahasa anak muda sekarang. Tapi tak saya sangka itu membawa saya ke buku berjudul Pantja Sila Sebagai Dasar Negara yang saya pinjam dari Perpustakaan Pusat UGM di mana dulu saya tidak yakin bisa membaca itu, akhirnya karena terkurung saya membacanya dan ternyata isisnya adalah kursus Bung Karno tentang Pancasila, saya belajar dan mulai tertarik dengan sosok Soekarno. Saya temukan di perpustakaan ebook saya say
Ledakan Gunung Kelud 14 Februari 2014 membuat saya terkurung di kamar kos, 'ngebangke' bahasa anak muda sekarang. Tapi tak saya sangka itu membawa saya ke buku berjudul Pantja Sila Sebagai Dasar Negara yang saya pinjam dari Perpustakaan Pusat UGM di mana dulu saya tidak yakin bisa membaca itu, akhirnya karena terkurung saya membacanya dan ternyata isisnya adalah kursus Bung Karno tentang Pancasila, saya belajar dan mulai tertarik dengan sosok Soekarno. Saya temukan di perpustakaan ebook saya saya temukan buku autobiografinya, ya buku yang saya review ini. Buku yang baik sekali untuk dibaca, terlebih saya menitik beratkan pada perjuangan beliau memperjuangkan bangsa Indonesia dengan segala keberuntungannya, tentu Bung Karno bukan satu-satunya orang yang membawa Indonesia Merdeka, Indonesia Merdeka adalah suara hati segenap rakyat Indonesia. Lantas bagaimana hari ini? Hari ini perlu orang diberi kesadaran akan kemerdekaan, karena kalau boleh saya mensitir perkataan Bung Karno ".. di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat Indonesia! .."
...more
I still remember the first time i found this book in my uncle's cupboard. An old book, with paper which was so easy to ripped and classical writing font. The children always interest with all of pictures in every books. Black and white photo here made me bring back to Soekarno's era. Since he was a child till '66 , four years before he passed away. This book is written by an American Journalism, Cindy Adams which its first published in English version. I read Indonesian version with old spelling
I still remember the first time i found this book in my uncle's cupboard. An old book, with paper which was so easy to ripped and classical writing font. The children always interest with all of pictures in every books. Black and white photo here made me bring back to Soekarno's era. Since he was a child till '66 , four years before he passed away. This book is written by an American Journalism, Cindy Adams which its first published in English version. I read Indonesian version with old spelling, (e.g tjoekoep, taoe, jang tertjinta). Since in Elementary School, Soekarno became a person whom i currious every single little thing with, from movie and this autobiography. And now after almost ten years passed, i think i should reread again this book, remain me precious thing whic i couldn't learn when i was 12, although i've finished reading. I write this review with English cause Soekarno is well known not only in Indonesia, but in all of country.
...more
membaca buku ini,
saya baru tahu kalau 17 agustus 1945.
tiang bendera kita dari bambu.
dan teks proklasmasi di tulis di kertas biasa.
dengan pulpen meminjam.
dan hidup seorang bung karno,
luar biasa penuh derita di masa perjuangan.
Buku sangat bagus, sampai 2x saya baca walaupun kelihatan berat tapi enak dibaca. Menceritakan perjalanan hidup, pikiran dan tindakan seorang Soekarno.
Sukarno itu narsis dan memang punya kecenderungan diktator, sedikit sekali beliau membahas Bung Hatta dan orang-orang lain yang berperan dalam kemerdekaan. Beliau sering berbeda pendapat dengan Syahrir. Beliau juga selalu punya pembenaran atas segala pilihan yang diambilnya. Dalam buku ini berkali-kali Sukarno mencoba menjauhkan dirinya dari Komunis dan membantah tuduhan bahwa dia pro-komunis, Kemampuannya beretorikalah yang menurutku membuatnya bisa jadi presiden, dan dengan bantuan Jepang....
Sukarno itu narsis dan memang punya kecenderungan diktator, sedikit sekali beliau membahas Bung Hatta dan orang-orang lain yang berperan dalam kemerdekaan. Beliau sering berbeda pendapat dengan Syahrir. Beliau juga selalu punya pembenaran atas segala pilihan yang diambilnya. Dalam buku ini berkali-kali Sukarno mencoba menjauhkan dirinya dari Komunis dan membantah tuduhan bahwa dia pro-komunis, Kemampuannya beretorikalah yang menurutku membuatnya bisa jadi presiden, dan dengan bantuan Jepang.... yang menempatkannya di PUTERA.
benar kata Soe Hok Gie ; Bung Karno itu golongan tua yang mengacau
...more
Melihat kehidupan biografi seorang proklamator dari sisi yang lain. Buku ini recomended, bukan hanya bagi para Sukarnois atau Marhaenis. Buku ini menampilkan sosok Ir. Sukarno yang sederhana, namun sarat gagasan dan kharisma kepemimpinan. Beberapa pandangan Sukarno dituliskan dengan sangat tajam. Peristiwa sejarah yang terbesar, terutama di awal masa kebangkitan Indonesia. Banyak fakta sejarah tentang profil Sukarno dijawab disini.
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia adalah obat rindu b
Melihat kehidupan biografi seorang proklamator dari sisi yang lain. Buku ini recomended, bukan hanya bagi para Sukarnois atau Marhaenis. Buku ini menampilkan sosok Ir. Sukarno yang sederhana, namun sarat gagasan dan kharisma kepemimpinan. Beberapa pandangan Sukarno dituliskan dengan sangat tajam. Peristiwa sejarah yang terbesar, terutama di awal masa kebangkitan Indonesia. Banyak fakta sejarah tentang profil Sukarno dijawab disini.
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia adalah obat rindu bagi para Indonesianis.
...more
Buku ini untuk memenuhi tantangan
New Author Reading Challenge 2015 dan Yuk Baca Buku Non Fiksi 2015
4 dari 5 bintang!
Buku ini merupakan satu kepingan puzzle yang utuh dari kisah Presiden Sukarno yang saya selama ini pernah baca. Ketika saya hanya bisa melihat dari perspektif Ir. Sukarno dibuku ini.. Kepingan-kepingan lainnya saya dapatkan di dalam buku
Hatta: Aku Datang karena Sejarah
yang melihat Sukarno dari pandangan Moh. Hatta,
Fatmawati Sukarno : The First Lady
yang m
** Books 212 - 2015 **
Buku ini untuk memenuhi tantangan
New Author Reading Challenge 2015 dan Yuk Baca Buku Non Fiksi 2015
4 dari 5 bintang!
Buku ini merupakan satu kepingan puzzle yang utuh dari kisah Presiden Sukarno yang saya selama ini pernah baca. Ketika saya hanya bisa melihat dari perspektif Ir. Sukarno dibuku ini.. Kepingan-kepingan lainnya saya dapatkan di dalam buku
Hatta: Aku Datang karena Sejarah
yang melihat Sukarno dari pandangan Moh. Hatta,
Fatmawati Sukarno : The First Lady
yang melihat Sukarno dari pandangan Siti Fatmawati,
Seteru 1 Guru
yang melihat Sukarno dari pandangan Musso dan Kartosoewirjo.. Tidak bisa dipungkiri ada fragmen-fragmen yang menghilang dari buku ini. Seperti tidak disebutkan bahwa sebelumnya Musso dan Kartosoewirjo pernah berada mengekos bersama-sama sang putra fajar ini di rumah H.O.S Tjokroaminoto. Dibuku ini hanya disebutkan bersama Alimin saja.
Buku ini juga membagikan kisah kegetiran, kesedihan dan kesederhanaan hidup dari Ir. Sukarno dan menginginkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lainnya. >__<
...more
Buku ini merupakan sebuah pandangan Soekarno tentang dirinya sendiri. Bagaimana pandangan dirinya mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan juga bagaimana beliau melihat dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin sebuah bangsa. Bagaimana beliau mencintai keindahan. Ide-idenya mengenai bangsa Indonesia, bagaimana bangsa ini harus menjadi sebuah bangsa yang mandiri. Pembelaannya terhadap dunia yang menganggap ia pendukung komunis. Buku ini membuat saya lebih mengenal pribadi Sang Prokla
Buku ini merupakan sebuah pandangan Soekarno tentang dirinya sendiri. Bagaimana pandangan dirinya mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan juga bagaimana beliau melihat dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin sebuah bangsa. Bagaimana beliau mencintai keindahan. Ide-idenya mengenai bangsa Indonesia, bagaimana bangsa ini harus menjadi sebuah bangsa yang mandiri. Pembelaannya terhadap dunia yang menganggap ia pendukung komunis. Buku ini membuat saya lebih mengenal pribadi Sang Proklamator, bahkan menjawab beberapa pertanyaan mengenai pandangan beliau mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan beliau di masa pemerintahannya. Buku ini bahkan sedikit memberikan jawaban akan kecintaan dan kerinduan beliau akan makhluk indah ciptaan Tuhan bernama wanita. Secara khusus buku ini memberikan ide bangsa Indonesia yang seperti apa yang dahulu dicita-citakan pada pendiri bangsa ini, kesetaraan dan demokrasi seperti apa yang diusung para pemimpin saat itu, kebebasan seperti apa yang mereka perjuangkan sehingga mereka berani berkata "Merdeka atau Mati!" Certainly, far from where Indonesia now.
...more
Yorina Lantang
Buku ini merupakan sebuah pandangan Soekarno tentang dirinya sendiri. Bagaimana pandangan dirinya mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) d
Buku ini merupakan sebuah pandangan Soekarno tentang dirinya sendiri. Bagaimana pandangan dirinya mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan juga bagaimana beliau melihat dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin sebuah bangsa. Bagaimana beliau mencintai keindahan. Ide-idenya mengenai bangsa Indonesia, bagaimana bangsa ini harus menjadi sebuah bangsa yang mandiri. Pembelaannya terhadap dunia yang menganggap ia pendukung komunis. Buku ini membuat saya lebih mengenal pribadi Sang Proklamator, bahkan menjawab beberapa pertanyaan mengenai pandangan beliau mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan beliau di masa pemerintahannya. Buku ini bahkan sedikit memberikan jawaban akan kecintaan dan kerinduan beliau akan makhluk indah ciptaan Tuhan bernama wanita. Secara khusus buku ini memberikan ide bangsa Indonesia yang seperti apa yang dahulu dicita-citakan pada pendiri bangsa ini, kesetaraan dan demokrasi seperti apa yang diusung para pemimpin saat itu, kebebasan seperti apa yang mereka perjuangkan sehingga mereka berani berkata "Merdeka atau Mati!" Certainly, far from where Indonesia now.
...more
Oct 06, 2014 10:02PM
Pelacur, kata-kata ini terasa tabu untuk keluar dari mulut mereka yang merasa punya kehormatan. Tapi benarkah semua pendapat ini. Dan adakah kata percaya bila saya katakan bahwa pelacur ikut andil bagian dalam masa perjuangan. Saya yakin anda akan serentak menjawab “Tidak, sekali lagi tidak.” Bila itu jawaban anda lalu bagaimana anda menanggapi serpihan kisah Bung Karno dengan para pelacur
Ternyata, para pelacur ikut andil dalam perjuang
[Agus Purwanto]
*****Pelacur Dibalik Perjuangan Soekarno*****
Pelacur, kata-kata ini terasa tabu untuk keluar dari mulut mereka yang merasa punya kehormatan. Tapi benarkah semua pendapat ini. Dan adakah kata percaya bila saya katakan bahwa pelacur ikut andil bagian dalam masa perjuangan. Saya yakin anda akan serentak menjawab “Tidak, sekali lagi tidak.” Bila itu jawaban anda lalu bagaimana anda menanggapi serpihan kisah Bung Karno dengan para pelacur
Ternyata, para pelacur ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keberatan dengan kalimat itu? Baiklah. Ratusan pelacur, ya… 670 pelacur kota Bandung, mendukung perjuangan Bung Karno mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Masih ada yang keberatan dengan kalimat itu?
Biar saja. Sebab, Bung Karno sendiri tidak keberatan. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Bung Karno mengisahkan bagaimana ia mendirikan PNI lantas merekrut para pelacur menjadi anggotanya. Tak urung, tercatat 670 pelacur berbondong-bondong menjadi anggota PNI. Oleh Bung Karno, mereka dipuji sebagai para loyalis sejati, yang mau menjalankan perintah Bung Karno untuk kepentingan pergerakan.
Keputusan kontroversial Bung Karno itu, bukannya tanpa tentangan. Pada suatu waktu, ia bahkan bertengkar hebat dengan kawan sepertjuangan, Ali Sastroamidjojo ihwal perempuan lacur di tubuh PNI ini. Berikut ini dialog silang pendapat keduanya…
“Sangat memalukan!” Ali memprotes. “Kita merendahkan nama dan tujuan kita dengan memakai perempuan sundal –kalau Bung Karno dapat memaafkan saya memakai nama itu. Ini sangat memalukan!” kecam Ali Sastro bertubi-tubi.
“Kenapa?” sergah Bung Karno, seraya menambahkan, “mereka jadi orang revolusioner yang terbaik. Saya tidak mengerti pendirian Bung Ali yang sempit!”
“Ini melanggar susila!” Ali terus menyerang.
“Apakah Bung Ali pernah menanyakan alasan mengapa saya mengumpulkan 670 orang perempuan lacur?” tanya Bung Karno, dan segera dijawabnya sendiri, “Sebabnya ialah, karen saya menyadari, bahwa saya tidak akan dapat maju tanpa suatu kekuatan. Saya memerlukan tenaga manusia, sekalipun tenaga perempuan. Bagi saya peroalannya bukan bermoral atau tidak bermoral. Tenaga yang ampuh, itulah satu-satunya yang kuperlukan.”
Ali tak kurang argumen, “Kita cukup mempunyai kekuatan tanpa mendidik wanita-wanita ini. PNI mempunyai cabang-cabang di seluruh Tanah Air dan semuanya ini berjalan tanpa anggota seperti ini. Hanya di Bandung kita melakukan hal semacam ini.”
Bung Karno menjelaskan, “Dalam pekerjaan ini, maka gadis-gadis pelacur atau apa pun nama yang akan diberikan kepada mereka, adalah orang-orang penting.” Bung Karno bahkan mengultimatum Ali dengan mengatakan, “Anggota lain dapat kulepas. Akan tetapi melepaskan perempuan lacur… tunggu dulu!”
Dengan referensi yang ada di kepalanya, mengalirlah argumen Sukarno yang lain. Ia menarik contoh Madame de Pompadour, yang disebutnya tak lebih dari seorang pelacur pada mulanya, tetapi kemudian ia dapat memainkan peran politik yang penting, bahkan akhirnya menjadi salah satu selir raja Louis XV antara tahun 1745 – 1750.
Kemudian Bung Karno juga mencuplik kisah Theroigne de Mericourt, pemimpin besar dari Perancis awal abad ke-19. Bung Karno menunjuk pula barisan roti di Versailles. “Siapakah yang memulainya? Perempuan-perempuan lacur,” ujar Bung Karno dengan mantap.
Sampai di situ, Ali Sastroamidjojo tak lagi mendebat. Sekalipun ekspresi wajahnya belum sepenuhnya menerima, tetapi setidaknya, ia harus mencari bahan-bahan lain sebelum memulai perdebatan sengit kembali dengan Bung Karno. Terlebih jika itu dimaksudkan untuk “mengalahkan” Sukarno.
Alkisah… 670 pelacur Kota Bandung, selanjutnya menjadi informan (inforgirl…?) bagi Bung Karno. Alkisah, 670 perempuan lacur Kota Kembang, menjadi mata bagi Bung Karno. Alkisah, 670 wanita sundal Paris van Java, menjadi telinga bagi Bung Karno.
...more
Akhir-akhir ini menyelesaikan satu buku sulit benar bagi saya. Buku ini lumayan cepat, hanya selesai selama 4 hari. Dari 33 bab, sebelumnya saya sudah menyelesaikan sampai bab 21 lewat e-book yang sepertinya bukan edisi revisi (hati-hati buat yang baca non-revisi karena katanya kebenaran buku ini sedikit dipelintir, lebih bagus lagi kalau baca tiga macam bukunya biar tahu perbedaannya: versi bahasa inggris, versi terjemahan sebelum revisi, dan versi terjemahan setelah revisi, yah saya sih cukup
Akhir-akhir ini menyelesaikan satu buku sulit benar bagi saya. Buku ini lumayan cepat, hanya selesai selama 4 hari. Dari 33 bab, sebelumnya saya sudah menyelesaikan sampai bab 21 lewat e-book yang sepertinya bukan edisi revisi (hati-hati buat yang baca non-revisi karena katanya kebenaran buku ini sedikit dipelintir, lebih bagus lagi kalau baca tiga macam bukunya biar tahu perbedaannya: versi bahasa inggris, versi terjemahan sebelum revisi, dan versi terjemahan setelah revisi, yah saya sih cukup baca ini buat membayangkan dengan sangat jelas Indonesia pada masa Bung Karno). Setelah membaca e-book Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, saya tersihir dan mencari-cari buku ini, tapi apa daya, sudah habis, terakhir saya melihatnya waktu di TIM, saat nonton Dharma Gita Maha Guru, mencari di pasar buku bekas harganya tinggi sekali, jadi saya bersabar. Bagi saya, ini adalah buku wajib yang harus di baca semua orang agar mengetahui keadaan bangsanya dan pemimpinnya. Misi saya selama dua tahun sampai akhir tahun 2015 adalah memahami Indonesia dengan cara yang lebih baik, saya harus tahu sejarah negeri saya. Saya mengerti sekali perasaan Bung Karno yang ingin mengabdi kepada rakyat untuk memberi makan jiwanya. Itulah yang ingin saya lakukan, berguna bagi orang lain.
Saya belajar untuk tidak menilai orang sebelum mengenal kepribadian mereka, motivasi-motivasi di baliknya.
Bung Karno adalah orang yang hebat, meskipun dalam beberapa segi saya tidak menyukai pandangan beliau (terutama soal perempuan, secara pribadi saya tidak menyukai beliau) tetapi secara kebangsaan beliau adalah orang yang hebat, sangat hebat.
Dari buku ini kita akan dibuat dekat dengan Bung Karno, banyak sekali hal yang saya lihat dan saya rasakan dalam buku ini, selama beliau muda sampai cita-citanya dikuburkan nanti.
Buku ini adalah buku yang "dasyat", saya mengutip banyak sekali kata-katanya, meresapinya, mengingatnya sampai-sampai hal-hal teknis "typo" di dalam pencetakan buku yang masih banyak sekali tidak terasa menganggu, karena yang saya benar-benar butuhkan adalah isinya.
Buku ini adalah sumbangsih untuk mencari benang merah tentang awal pemerintahan kita sampai detik ini, perjalanan saya masih panjang, panjang sekali untuk memahami dan memamah semua hal.
Saya ucapkan terimakasih kepada pahlawan-pahlawan yang ada dalam buku ini, terimakasih karena memberikan saya kemerdekaan.
Betapa saya kehilangan kata-kata yang bagus untuk menceritakan apa-apa yang ada di dalam sini. Terlalu banyak yang ingin saya bahas dan muntahkan sampai membuat pikiran saya kosong. Mungkin pena saya di tempat lain yang akan menceritakan tentang detail-detail kecil Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, tapi jelas bukan di sini.
...more
Meski banyak hal yang saya kagumi dari pribadi Bung Karno, tetapi rada 'sebel' juga dengan 'kegenitan' beliau berhadapan dengan perempuan.
Lepas dari itu, saya benar-benar menikmati buku ini. Ternyata, Bung Karno ini memang pribadi yang sama sekali jauh dari formil. Beliau terkesan santai, humoris, dan 'manusiawi', saking manusiawinya, terkadang juga 'lebay' :-D
Yang mengherankan, mengapa Bung Karno jarang sekali mengkisahkan Bung Hatta. Padahal, zaman ini, selalu saja nama Bung Karno dikaitkan de
Meski banyak hal yang saya kagumi dari pribadi Bung Karno, tetapi rada 'sebel' juga dengan 'kegenitan' beliau berhadapan dengan perempuan.
Lepas dari itu, saya benar-benar menikmati buku ini. Ternyata, Bung Karno ini memang pribadi yang sama sekali jauh dari formil. Beliau terkesan santai, humoris, dan 'manusiawi', saking manusiawinya, terkadang juga 'lebay' :-D
Yang mengherankan, mengapa Bung Karno jarang sekali mengkisahkan Bung Hatta. Padahal, zaman ini, selalu saja nama Bung Karno dikaitkan dengan Bung Hatta. Tampaknya, hal ini terjadi karena saat menuturkan kisah ini kepada Cindy Adams, wartawati cantik dari Amrik ini, Bung Karno memang sedang dalam masa 'perselisihan' dengan Bung Hatta. Bukan hanya Bung Hatta, tampaknya, karena beberapa tokoh, seperti Bung Syahrir, juga diceritakan dalam nada agak 'sumir'.
Lepas dari itu semua, saya tak terlalu sependapat jika buku ini dikategorikan sebagai buku sejarah. Saya juga agak meragukan ketepatan Bung Karno dalam mengkisahkan beberapa peristiwa bersejarah.
...more
Jadi inget pertama kali baca buku ini waktu masih SMP. Buku ini ada di perpustakaan sekolah, dan termasuk koleksi yang nggak boleh dipinjam, cuma boleh dibaca di tempat. Karena tertarik dengan gaya menulisnya--walau saya waktu itu sama sekali belum kepikiran untuk suka menulis--saya jadi rela datang setiap istirahat, disaat anak-anak lain jajan di kantin, demi meneruskan baca buku ini. Ibu-ibu penjaga perpusnya bahkan sampai hafal dan langsung memberi saya kunci ke 'lemari khusus' tempat buku in
Jadi inget pertama kali baca buku ini waktu masih SMP. Buku ini ada di perpustakaan sekolah, dan termasuk koleksi yang nggak boleh dipinjam, cuma boleh dibaca di tempat. Karena tertarik dengan gaya menulisnya--walau saya waktu itu sama sekali belum kepikiran untuk suka menulis--saya jadi rela datang setiap istirahat, disaat anak-anak lain jajan di kantin, demi meneruskan baca buku ini. Ibu-ibu penjaga perpusnya bahkan sampai hafal dan langsung memberi saya kunci ke 'lemari khusus' tempat buku ini disimpan (biasanya lemari ini selalu dikunci karena koleksinya takut dicuri, tapi apa gunanya buku diletakkan di perpustakaan kalau cuma buat bikin anak ngiler karena nggak bisa baca?). Tapi karena saya selalu datang hanya sekitar 15-30 menit, kemajuan membaca saya lambat sekali--dan dulu saya belum bisa membaca secepat sekarang. Dan sayangnya, sekitar setahun setelah saya datang ke sana--saya waktu itu ingat baru baca setengah buku--saya diberi tahu bahwa buku ini dipindahkan dari perpustakaan karena "takut rusak, buku mahal" (dan lagi, apa gunanya perpustakaan dan pustakawan kalau takut buku perpustakaan rusak?). Jadi yah... saya cuma membaca setengah buku.
Tapi dari setengah buku yang saya baca itu, saya bisa mengatakan kalau buku ini ditulis dengan bahasa yang apik dan terkadang penuh humor. Dan mengingat buku ini ditulis dengan wawancara langsung dengan Pak Soekarno, saya bisa menyimpulkan bahwa beliau sendiri sebenarnya humoris. Nice way to read an autobiography.
Dan ternyata kemarin saya lihat buku edisi revisinya di toko buku. Oke, jadi saya dendam akan beli buku ini dan membacanya sampai serusak-rusaknya--see that, school library, books are for read!
...more
Antusiasme yang tinggi oleh saya kecil kira-kira ketika kelas 4 SD terhadap buku-buku antik di rak buku dalam rumah Eyang berujung pada izin untuk meminjam satu dari sekian banyak. Dan saya memilih buku ini.
Yang saya tahu, di sekolah dalam mempelajari IPS, nama Bung Karno sering sekali muncul. Siapa sih yang tidak mengetahui presiden pertama NKRI ini?
Dari situlah saya mulai membaca dan bertambahlah antusiasme saya oleh ejaan lama dalam buku ini. Cerita yang panjang dan berlevel dewasa ini cukup
Antusiasme yang tinggi oleh saya kecil kira-kira ketika kelas 4 SD terhadap buku-buku antik di rak buku dalam rumah Eyang berujung pada izin untuk meminjam satu dari sekian banyak. Dan saya memilih buku ini.
Yang saya tahu, di sekolah dalam mempelajari IPS, nama Bung Karno sering sekali muncul. Siapa sih yang tidak mengetahui presiden pertama NKRI ini?
Dari situlah saya mulai membaca dan bertambahlah antusiasme saya oleh ejaan lama dalam buku ini. Cerita yang panjang dan berlevel dewasa ini cukup membuat saya kecil kadang jengah. Namun, saya tidak khawatir karena saya "terhibur" oleh gambar-gambar foto tempo dulu yang bercerita mengenai Soekarno. Meskipun foto tersebut juga merupakan keterangan bagi masing-masing judul atau cerita, tapi saya cukup mengerti dikarenakan caption yang ada meskipun belum sampai membaca pada bagian itu.
Karena sudah lama sekali, yang saya ingat justru hal-hal yang sepertinya terkesan aneh ya. Sampai sekarang yang lebih saya ingat adalah sikap poligami Pak Karno, latar belakang & hubungannya, serta pasangan atau istri-istrinya. Mungkin karena bahasan tersebut tidak biasa dan tidak terlalu terangkat dan familiar oleh saya pada masa itu, maka hal tersebutlah yang membuat saya tertarik dan ingat sampai sekarang.
Tidak mengurangi rasa hormat kepada salah satu the Founding Fathers, tapi dari buku ini saya banyak belajar, terutama bahwa manusia tetaplah manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan keluputan. Tentunya disamping kelebihan dan pengetahuan mengenai Indonesia dan kepemimpinan dalam buku ini yang dapat pula saya cerna dan ambil hikmahnya.
...more
This review has been hidden because it contains spoilers. To view it,
click here.
Pertama kali membacanya, saya sangat kaget ketika tiba di bagian di mana bung karno menjalin affair dengan calon istrinya kelak bu Inggit Garnasih yang pada waktu itu masih bersuami, benar-benar penuh gairah,haha. Patut diakui bahwa beliau merupakan tipikal pria gentle (gentleman) yang berani mengakui kesalahannya dan tidak munafik. Semua pernyataan-pernyataannya benar-benar dilandasi dengan dasar yang kuat dan kini terbukti di masa sekarang. Terlepas dari segala kontroversinya, marilah kita amb
Pertama kali membacanya, saya sangat kaget ketika tiba di bagian di mana bung karno menjalin affair dengan calon istrinya kelak bu Inggit Garnasih yang pada waktu itu masih bersuami, benar-benar penuh gairah,haha. Patut diakui bahwa beliau merupakan tipikal pria gentle (gentleman) yang berani mengakui kesalahannya dan tidak munafik. Semua pernyataan-pernyataannya benar-benar dilandasi dengan dasar yang kuat dan kini terbukti di masa sekarang. Terlepas dari segala kontroversinya, marilah kita ambil yang nilai-nilai positif dari beliau. Sudah seharusnya kita dapat memaknai dan menjalankan perjuangannya untuk mewujudkan negara yang 'berdikari'. Seperti yang beliau katakan, 'Revolusi kita belum selesai!'
'Aku harus memberi rakyatku makanan untuk jiwanya bukan hanya untuk perutnya!'(hal. 353)
Sebuah kata-kata monumental dari Bapak Bangsa yang seharusnya selalu di camkan oleh para pemuda yang ada di negeri ini.
...more
Menarik sekali, karena buku ini merupakan autobiografi yang dituturkan sendiri oleh Sukarno. Dalam perjalanan sejarah, pembahasan Sukarno tak pernah jauh dari kontroversi. Perjuangannya, pengambilan kebijakan negara, politik luar negerinya, sampai hubungannya dengan wanita.
Dari sekian banyak buku yang ditulis tentang Sukarno, buku ini yang paling unik menurut saya. Mungkin inilah satu-satunya buku yang menyampaikan siapa itu Sukarno secara lugas. Penuturannya juga cukup sederhana membuat saya en
Menarik sekali, karena buku ini merupakan autobiografi yang dituturkan sendiri oleh Sukarno. Dalam perjalanan sejarah, pembahasan Sukarno tak pernah jauh dari kontroversi. Perjuangannya, pengambilan kebijakan negara, politik luar negerinya, sampai hubungannya dengan wanita.
Dari sekian banyak buku yang ditulis tentang Sukarno, buku ini yang paling unik menurut saya. Mungkin inilah satu-satunya buku yang menyampaikan siapa itu Sukarno secara lugas. Penuturannya juga cukup sederhana membuat saya enjoy menikmati buku ini.
Saya jarang tertarik membaca buku terjemahan bahasa Indonesia karena biasanya jadi 'kaku' (buku ini aslinya diterbitkan di AS dan manuskripnya ditulis dalam bahasa inggris). Tapi terjemahan buku ini surprisingly bagus sekali. Tapi saya tetap penasaran, dan akhirnya beli versi bahasa inggrisnya, terbitan pertama tahun 1965.. Lebih mantap.. hehehe
...more
Peran sertanya dalam politik Indonesia di era revolusi sangat besar. Visioner dan berani mengambil tindakan yang beresiko. Salah satunya "bekerja sama" dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan.Tapi tetap saja Soekarno adalah manusia; punya banyak sisi negatif yang tidak patut dicontoh.
Never a minute in my life I had thought to enjoy reading a history. Had it not been for this book, I will not be grateful for what I have now. He is our best president by far. Please read it to get know how great he is for Indonesia.
dulu yg beli papa pas jaman SD, sudah pernah dibaca. sejarah berat untuk ukuran anak SD. belakangan dibaca lagi seperti sedang melakukan tapak tilas saja.
“Sebuah otobiografi tak berbeda dengan pembedahan mental. Sangat sakit. Melepas plester pembalut luka-luka dari ingatan seseorang dan membuka luka-luka itu, banyak diantaranya yang mulai sembuh terasa perih.”
—
5 likes
“Jangan bikin kepalamu menjadi perpustakaan. Pergunakan pengetahuanmu untuk diamalkan - Swarni Vivekananda”
—
4 likes